Pengikut

Selasa, 25 Jun 2013

MUSIBAH Si Pemuda MOKHLISIN

Ketika kita dihadapkan pada suatu musibah, terkadang kita merasa menjadi orang yang paling menderita di dunia dan terkadang jika keimanan kita sedang menipis kita bertanya-tanya pada Allah, “Ya Allah mengapa musibah ini harus terjadi padaku?”, “Ya Allah mengapa engkau renggut kebahagiannku?”, dan begitu banyak pertanyaan dalam hati kita terhadap Allah, seakan-akan kita merasa Allah bahwa Allah tidak adil kepada kita. Dan tentu saja semua pertanyaan itu tidak mungkin dijawab langsung olehNYA tapi kelak akan terjawab oleh hati nurani, keimanan dan keikhlasan kita dalam menghadapi bencana itu.

Sahabat saya,Mohd MokhLis yg baru sahaja kehiLangan Ibunya beberapa hari LAlu.
Yang menariknya adaLah IBUnya dihadapkan kpd ILLAHI ketika sedang mengambil WUDHU' untuk menunaikan SOLAT TAHAJJUD sebelum SUBUH.Maka ALLAH teLah memberi KHUSNUL KHATIMAH  kpd IBUnya ketika sedang berAMAL SOLEH!
          Kematian adalah musibah yang tidak bisa dihindarkan, 30 menit yang lalu kita masih bicara dengan orang yang paling kita cintai tapi siapa yang mengira pada menit berikutnya malaikat maut mencabut nyawanya. Kematian seakan mengintai kita setiap saat, sehingga kita sering terlupa dan tidak mempersiapkan diri menghadapinya. Baik itu menghadapai musibah kematian orang lain atau mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian diri sendiri.

        Apalah daya kita melawan Kekuasaan Allah? walaupun perih hati ini bagai disayat sembilu, air mata senantiasa berderai dan senantiasa meratap jika teringat akan orang tercinta yang meninggalkan kita tapi tidak ada yang bisa kita lakukan selain bersabar menghadapi musibah itu dan mengikhlaskan kepergian orang yang kita cintai itu. Apalagi jika kita mau melihat sekeliling kita, niscaya mata kita akan terbuka dan hati kita akan teriris karena ternyata lebih banyak saudara-saudara kita yang lebih menderita dan mendapat ujian yang jauh lebih berat daripada kita. Sabar dan ikhlas adalah kunci utama menghadapi musibah, tangisan dan ratapan sudah tidak ada gunanya lagi karena tidak akan mengembalikan orang yang sudah meninggal dunia.
Ada satu kisah menarik tentang sia-sianya ratapan kematian, kisah itu diceritakan oleh DR. Aidh AL Qorny dalam salah satu buku karangannya. Dalam buku itu beliau menceritakan tentang Hasan ibn Hasan, cucu Ali bin Ibn Thalib R.A. meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri dan beberapa anak yang masih kecil. Bahkan umur dia waktu itu pun masih sangat muda. namun itulah kematian, tidak memandang muda, kaya, miskin, gubernur, raja, menteri ataupun SUltan. Bila kematian menjemput manusia maka ia akan mengeluarkan mereka dari istana-istana mereka dan kemudian menempatkan mereka di liang-liang kubur tanpa kompromi sedikitpun. Demikianlah, Hasan Ibn Hsan meninggal tiba-tiba. Lantas orangpun menguburkannya.
      Konon, tatkala melihat kenyataan tersebut, istrinya pun sangat sedih sekali. Lalu ia menuntun anak-anaknya pergi ke kuburan suaminya dan kemudian mendirikan sebuah tenda disitu. Setelah tenda berdiri, ia bersumpah dengan menyebut nama Allah, dirinya dan anak-anaknya bahwa ia akan menangisi almarhum suaminya selama satu tahun penuh. Kesedihan yang sangat memilukan dan iapun terus menangis…
Setelah satu tahun kemudian, tepatnya pada suatu malam iapun merobohkan tendanya dan kemudian pergi membawa anak-anaknya meninggalkan kuburan itu. Pada saat itulah, tiba-tiba ia mendengar suara perbincangan berikut ini: Seseorang diantara mereka berkata, ” Apakah mereka (istri & anak-anak Almarhum Hasan) mendapatkan apa yang mereka cari?” “Tidak,” jawab temannya, “Mereka bahkan putus asa, lalu pergi.”
      Mereka tidak menemukan apa yang mereka inginkan bahkan Almarhum Hasan Ibn Hasan tidak mengajak mereka bicara dari dalam kubur. Ia tidak keluar dari dalam kuburnya untuk menemui mereka walau hanya untuk satu malam, tidak menciumi anak-anaknya dan ia tidak bangun untuk melihat istrinya sekalipun…
Itulah sepenggal kisah menarik tentang sia-sianya menangis dan meratapi kematian seseorang, sekeras apapun usaha kita dan sederas apapun air mata mengalir tetap tidak akan mampu mengembalikan hidup orang yang kita cintai jika dia sudah meninggal. Hanya doa yang bisa kita panjatkan agar Allah berkenan mengampuni segala dosanya, menerima amal perbuatannya, melapangkan kuburannya, menerangi kuburannya dan meringankan bebannya dialam kubur serta mendapat tempat yang baik kelak di akhirat.



UCAPAN KEMATIAN ATAU MUSIBAH:
Mengapa ketika ada orang yang meninggal atau kena musibah kita disunatkan mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun" ; 
Dasarnya adalah sebagai berikut :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَ
" Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.( Al – Baqoroh ; 155 )
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" [101]. ( Al – Baqoroh ; 156 )
 
أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. ( Al – Baqoroh ; 155 ) "

[101] Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat "istirjaa" (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.

AL-FATIHAH!!

1 ulasan:

  1. alhamdulillah.. post yg menarikk syakur. beruntungnya.. khusnul khotimahhh, moga kita juga begitu hendakNya.. insyaAllah.

    BalasPadam